Senin, 11 Januari 2010

Terintegrasinya Peranan Bio Teknologi Dalam Pengembangan Obat Herbal

PERANAN BIOTEKNOLOGI
DAN MIKROBA ENDOFIT
DALAM PENGEMBANGAN OBAT HERBAL


Di dunia berasal dari bahan aktif yang diisolasi dan dikembangkan dari tanaman. Sebagai contoh misalnya aspirin adalah analgesik yang paling popular yang diisolasi dari tanaman Salix dan Spiraea, demikian pula paclitaxel dan vinblastine merupakan obat antikanker yang sangat potensial yang berasal dari tanaman (Pezzuto J, 1996).
Indonesia yang dikenal sebagai salah satu dari 7 negara yang keanekaragaman
hayatinya terbesar ke dua setelah Brazil, tentu sangat potensial dalam mengembangkan

REVIEW ARTIKEL
Corresponding author : E-mail : maksum@farmasi.ui.ac.id
114 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN
REVIEW ARTIKEL
obat herbal yang berbasis pada
tanaman obat kita sendiri. Lebih dari
1000 spesies tumbuhan dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku
obat. Tumbuhan tersebut menghasilkan
metabolit sekunder dengan
struktur molekul dan aktivitas
biologik yang beraneka ragam, memiliki
potensi yang sangat baik untuk
dikembangkan menjadi obat berbagai
penyakit.
Permasalahannya adalah bagaimana
menjaga tingkat produksi obat
herbal tersebut dengan bahan baku
obat herbal yang terbatas karena
sebagian besar bahan baku obat
herbal diambil dari tanaman induknya.
Sehingga dihawatirkan bahwa
sumberdaya hayati ini akan musnah
disebabkan karena adanya kendala
dalam budidayanya. Bahkan disinyalir
bahwa bahan obat herbal yang
diproduksi dan diedarkan di Indonesia
saat ini sebagian besar bahan
bakunya sudah mulai diimpor dari
beberapa negara lain.
Peranan bioteknologi dalam
budidaya, multiplikasi, rekayasa
genetika, dan skrining mikroba
endofit yang dapat menghasilkan
metabolit sekunder sangat penting
dalam rangka pengembangan bahan
obat yang berasal dari tanaman obat
ini. Bahkan dengan kemajuan yang
pesat dalam bidang bioteknologi ini
telah dapat dihasilkan beberapa jenis
tanaman transgenik yang dapat
memproduksi vaksin rekombinan
(Maksum R. 2004).
Dalam tinjauan pustaka ini akan
dibahas tentang perkembangan dan
pemanfaatan teknik-teknik bioteknologi
antara lain seperti teknik
kultur jaringan, in-vitro propagsi,
rekayasa genetika, dan peran mikroba
endofit dalam meningkatkan
produksi metabolit sekunder dari
berbagai tanaman obat tersebut.
Kultur Jaringan
Tumbuhan memiliki sifat totipotency,
artinya perkembangbiakannya
tidak hanya dari sel telur atau sperma
saja akan tetapi juga bisa berasal dari
sel-sel akar, daun, batang, dan sel
tumbuhan lainnya.
Bila kita menggunakan sebuah
sel yang berasal dari tumbuhan maka
badan tumbuhan keseluruhannya
dapat ditumbuhkan kembali. Karena
adanya sifat inilah, dengan teknikteknik
yang telah lama dikenal
seperti setek, okulasi, cangkok, serta
dengan metode kultur jaringan,
perbanyakan klon tumbuhan dapat
dilakukan tanpa batas.
Propagasi secara in vitro dari
tanaman obat telah dilakukan untuk
menghasilkan obat ataupun bahan
obat yang berkualitas tinggi (Murch
SJ., et.al.2000). Disamping itu teknik
mikropropagasi juga telah dikembangkan
dan digunakan untuk beberapa
tanaman obat, karena terbukti
multiplikasinya lebih cepat, dan
aman. Regenerasi tanaman dengan
tehnik kultur jaringan ini terbukti
menghasilkan bahan kimia yang sama
dengan tanaman induknya. Beberapa
diantaranya yang telah berhasil
dilakukan terhadap tanaman obat
Vol. II, No.3, Desember 2005 115
REVIEW ARTIKEL
seperti Cinchona ledgeriana, Digitalis
spp, Rehmania glutinosa, Rauwolfia
serpentina, Isoplexis canariensis, dll.
(Paek,KY.et.al.1995, Roy SK.,et.al.
1994., Perez BP., et.al. 2002).
Penambahan senyawa auxin dan
cytokinin dalam media perbenihan
kultur jaringan ternyata mampu
mempercepat multiplikasi sel jaringan
beberapa tumbuhan obat (Rout
Gr,et.al. 1999, Tsay HS, et.al. 1989).
Demikian pula penambahan 6-
benxylaminopurine (BA) dengan
konsentrasi tinggi (1-5 ppm), dapat
mempercepat petumbuhan jaringan
meristem dan meningkatkan produksi
alkaloid dari Atropa belladonna
(Benyamin BD., et.al. 1987). Penambahan
1-5 mg/l kinetin mampu meningkatkan
proliferasi sel Picorrhiza
kurroa (Lai N.,et.al. 1996), dan Plantago
ovata (Barna KS.et.al.1988),
sedangkan penambahan 2,2 uM
thidiazuron dapat mempercepat
proliferasi sel Nothapodytes foetida (Rai
VR et.al. 2002). Demikian pula
dengan penambahan 5 uM indole-3-
acetic acid (IAA), dapat meningkatkan
kecepatan tumbuh dari sel
jaringan Zingiber spp. (Faria RT.1995).
Induksi pertumbuhan callus
dengan berbagai jenis zat yang bersifat
sebagai regulator pertumbuhan
yang dimasukkan ke dalam medium
pertumbuhannya juga telah banyak
dilakukan. Penambahan auxin dan
cytokinin dalam jumlah yang tepat
terbukti dapat meningkatkan regenerasi
kultur dari callus Plumbago rosea
(Satheesh KK., et.al. 1988), dan
regenerasi callus ini telah berhasil
dilakukan dari berbagai tambuhan
obat yang berasal dari berbagai
eksplan tumbuhan misalnya callus
yang berasal dari daun, cabang, akar,
umbi, bunga, dan bagian lainnya dari
tumbuhan. Beberapa diantaranya
adalah regenerasi callus Hyoscyamus
mutius (Basu P. et.el. 1996), Solanum
melongena (Sharma P.,et.al. 1995),
Chephaelis ipecacuanha (Rout GR.et.al.
1992), Psoralea corylifolia (Saxena
C.et.al. 1997), Zingiber officinale (Rout
GR, et.al.1997), Mentha arvensis
(Shasany AK.,et.al. 1998), Centella
asiatica ( Patra A., et.al. 1998), Plumbago
Zeylanica (Rout GR., et.al. 1999),
Solanum laciniatum ( Okslar V., et.al.
2002), Echinacea pallida ( Koroch AR.,
et.al. 2003), dan Lepidium sativum
(Pande D., et.al. 2002).
Disamping regenerasi melalui sel
callus, regenerasi tumbuhan obat
melalui somatic embryogenesis juga
telah banyak dilakukan. Teknik ini
merupakan suatu proses dimana sel
somatik yang diambil dari jaringan
tumbuhan dapat diinduksi menjadi
embrio dan dapat tumbuh menjadi
tanaman utuh di dalam media perbenihan
yang sesuai. Dalam berbagai
percobaan yang telah dilakukan
pengaturan zat tumbuh atau zat
suplemen lainnya dapat mengatur
percepatan dari embryogenesis
tersebut untuk tujuan pembudidayaan
tanaman obat (Arumugam
N.et.al. 1990, Ghosh BE., et.al. 1991.,
Zhou J.,et.al. 1994., Rout GR.,et.al.
1995., Das P.,et.al. 1999., Kumar A.,
1992).
Kultur sel atau jaringan tanaman
116 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN
REVIEW ARTIKEL
obat yang telah didapat melalui regenerasi
secara in vitro ini dapat
disimpan dalam waktu yang lama
pada temperatur rendah dalam nitrogen
cair (-1960 C). Beberapa tanaman
obat telah dilakukan preservasinya
dengan cara pembekuan sel kulturnya
antara lain tanaman obat yang
menghasilkan alkaloid yang sangat
penting seperti Rauwollfia serpentina,
Digitalis lanata, Atropa belladonna,
Hyoscyamus spp, dll. Sistem preservasi
beku (cryopreservation) ini dapat
digunakan untuk tujuan penyimpanan
berbagai jenis sel/jaringan,
meristem, pollen, embrio, callus,
ataupun protoplas, sehingga sangat
bermanfaat untuk konservasi tanaman
obat (Tripathi L.,et.al. 2003).
Metabolit sekunder
Tanaman obat merupakan salah
satu sumber bahan baku obat. Sebagian
besar komponen kimia yang
berasal dari tamanan yang digunakan
sebagai obat atau bahan obat
adalah merupakan metobolit sekunder.
Secara in vitro produksi metabolit
sekunder ini dapat dilakukan
dengan teknik kultur jaringan (Deus
B., et.al. 1982., Stafford A, 1986).
Produksi metabolit sekunder
beberapa tanaman obat melalui kultur
jaringan telah banyak dilakukan.
Beberapa diantaranya adalah produksi
solasodine yang diisolasi dari
kultur callus Solanum eleagnifolium
(Nigra HM., et.al.1987) dan alkaloid
pyrrolidine dari kultur akar tanaman
Senecio spp. (Toppel G.,et.al. 1987).
Alkaloid cephaelin dan emetine dapat
diisolasi dari kultur callus tanaman
Cephaelis ipecacuanha (Jha S.,et.al.
1988). Demikian juga dengan alkaloid-
alkoloid penting lainnya seperti
quinoline disolasi dari kultur jaringan
Cinchona ledgeriana, diosgenin dari
kultur jaringan Dioscorea deltoidea
(Ravishankar GA.,et.al. 1991),
beberapa enzim proteolitik dari
kultur jaringan Allium sativum (Parisi
M.,et.al.2002), alkaloid cardenolide
dari kultur Digitalis lanata (Pradel H.,
et.al.1997), alkaloid azadirachtin dari
kultur jaringan Azadirachta indica
(Srividya N., et.al 1998) dan lepidine
dari kultur jaringan tanaman Lepidium
sativum (Pande D., et.al.2002).
Untuk tujuan komersial telah
dilakukan pengembangan produksi
metabolit sekunder tanaman obat
tersebut dengan sistem bioreaktor.
Sistem bioreaktor ini dapat digunakan
untuk kultur embryogenic ataupun
organogenic dari berbagai spesies
tanaman (Levin R.,et.al. 1988, Preil
W., et.al. 1988). Dari salah satu hasil
percobaan yang menggunakan sistem
bioreaktor ini dapat dihasilkan saponin
sebesar 500 mg/L/hari dari
bioreactor kultur jaringan akar
pohon ginseng (Park JM.,et.al.1992),
dan produksi alkaloid ginsenoside
dari kultur akar Panax ginseng dengan
system bioreaktor berskala besar 1-
10 ton (Hahn EJ.,et.al. 2003). Teknik
kultivasi bioreaktor ini juga telah
berhasil dilakukan untuk memproduksi
zat anti kanker dari beberapa
spesies tanaman Taxus. Cara ini jauh
lebih effisien jika dibandingkan
Vol. II, No.3, Desember 2005 117
REVIEW ARTIKEL
dengan cara-cara konvensional
dimana untuk mendapatkan 1 kg
komponen aktif taxol harus menebang
1 pohon Taxus yang kira-kira
telah berumur 100 tahun (Muhlbah
H.,1998).
Rekayasa Genetika
Kemajuan yang telah dicapai
dalam bidang bioteknologi dan
teknik DNA rekombinan telah membantu
mempercepat dan meningkatkan
berbagai penelitian menuju ke
arah pemahaman tentang biosintesis
dari metabolit sekunder. Berbagai
penelitian telah berhasil mengidentifikasi
beberapa enzim yang berperan
penting dalam jalan metabolisme,
dan telah berhasil dilakukan
rekayasa dan manipulasi terhadap
enzim-enzim tersebut. Teknik
rekayasa genetika dengan melakukan
transformasi genetik telah dilakukan
untuk memanipulasi lebih dari 120
jenis spesies dari sekitar 35 famili
tanaman menggunakan perantara
bakteri Agrobacterium ataupun
transformasi langsung (Birch RG.,
1997).
Agrobacterium tumafaciens, dan
Agrobacterium rhizogenes, merupakan
bakteri gram-negatif yang terdapat
di dalam tanah yang menyebabkan
tumor crown gall dan hairy root pada
tanaman. Bakteri Agrobacterium
tumafaciens mengandung megaplasmid
yang berperan penting
dalam induksi tumor tanaman yang
diberi nama Ti plasmid. Selama proses
infeksi, T-DNA yang merupakan
segmen penting dari Ti plasmid
ditransfer ke dalam nukleus sel yang
terinfeksi dan terintegrasi ke dalam
kromosom hospesnya. Sedangkan
bakteri A. rhizogenes dapat menginduksi
proliferasi multibranched di
tempat akar yang terinfeksi sehingga
disebut dengan “hairy root”. Melalui
infeksi ini dapat ditransfer T-DNA
yang dikenal dengan root inducing
plasmid (Ri plasmid), dan kemudian
dapat terintegrasi ke dalam kromosom
sel tanaman (Nester EW., et.al.,
1984).
Kemampuan bakteri Agrobacterium
tumafaciens, dan A. rhizogenes
yang mampu masuk ke dalam
nukleus dan berintegrasi ke dalam
kromosom tanaman inilah yang
dimanfaatkan oleh para peneliti
bioteknologi untuk melakukan
modifikasi secara genetik guna
meningkatkan produksi matabolit
sekunder tanaman obat, baik
tanaman dikotil ataupun monokotil.
Transformasi genetik terhadap
tumbuhan obat telah banyak yang
berhasil dilakukan. Beberapa diantaranya
adalah transformasi genetik
menggunakan Agrobacterium tumafaciens
terhadap tanaman transgenik
Azadirachta indica yang mengandung
rekombinan plasmid pTiA6 (Naina
NS.,et.al 1989), Atropa belladonna
(Cucu N.,et.al.2002), dan Echinea
purpurea dan terbukti dapat meningkatkan
komposisi alkaloid secara
signifikan (Koroch AR.,et.al.2002).
Demikian pula transformasi genetik
menggunakan Agrobacterium rhizogenes
telah berhasil meningkatkan
118 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN
REVIEW ARTIKEL
produksi artemisin sebesar 4.8 mg/
L, dari kultur sel Artemisia annua L.
(Cai G.,et.al.1995), dan dapat
meningkatkan produksi alkaloid
puerarin dari kultur sel Pueraria
phaseoloides (Shi HP.,et.al. 2003).
Berbagai jenis tanaman lain juga telah
diteliti peningkatan kadar metabolit
sekunder yang dihasilkannya melalui
transformasi genetik dengan Agrobacterium
rhizogenes antara lain adalah
terhadap kultur sel/jaringan yang
berasal dari tanaman Aconitum
heterophyllum (Giri A.,et.al.1997),
Digitalis lanata (Pradel H.,et.al. 1997),
Papaver somniferum L. (Park SU.,et.al.
2000), dan Solanum aviculare (Argolo.,
et.al. 2000).
Mikroba Endofit
Mikroba endofit adalah mikroba
yang hidup di dalam jaringan
tanaman pada periode tertentu dan
mampu hidup dengan membentuk
koloni dalam jaringan tanaman tanpa
membahayakan inangnya. Setiap
tanaman tingkat tinggi dapat
mengandung beberapa mikroba
endofit yang mampu menghasilkan
senyawa biologi atau metabolit
sekunder yang diduga sebagai akibat
koevolusi atau transfer genetik (genetic
recombination) dari tanaman
inangnya ke dalam mikroba endofit
(Tan RX.,et.al. 2001).
Kemampuan mikroba endofit
memproduksi senyawa metabolit
sekunder sesuai dengan tanaman
inangnya merupakan peluang yang
sangat besar dan dapat diandalkan
untuk memproduksi metabolit
sekunder dari mikroba endofit yang
diisolasi dari tanaman inangnya
tersebut. Dari sekitar 300.000 jenis
tanaman yang tersebar di muka bumi
ini, masing-masing tanaman mengandung
satu atau lebih mikroba endofit
yang terdiri dari bakteri dan jamur
(Strobel GA.,et.al. 2003). Sehingga
apabila endofit yang diisolasi dari
suatu tanaman obat dapat menghasilkan
alkaloid atau metabolit
sekunder sama dengan tanaman
aslinya atau bahkan dalam jumlah
yang lebih tinggi, maka kita tidak
perlu menebang tanaman aslinya
untuk diambil sebagai simplisia, yang
kemungkinan besar memerlukan
puluhan tahun untuk dapat dipanen.
Berbagai jenis endofit telah berhasil
diisolasi dari tanaman inangnya, dan
telah berhasil dibiakkan dalam media
perbenihan yang sesuai. Demikian
pula metabolit sekunder yang
diproduksi oleh mikroba endofit
tersebut telah berhasil diisolasi dan
dimurnikan serta telah dielusidasi
struktur molekulnya. Beberapa
diantaranya adalah :
1. Mikroba endofit yang
menghasilkan antibiotika
Cryptocandin adalah antifungi
yang dihasilkan oleh mikroba
endofit Cryptosporiopsis
quercina yang berhasil diisolasi
dari tanaman obat Tripterigeum
wilfordii, dan berhasiat sebagai
antijamur yang patogen terhadap
manusia yaitu Candida albicans
Vol. II, No.3, Desember 2005 119
REVIEW ARTIKEL
dan Trichopyton spp. (Strobel
GA.,et.al. 1999).
Beberapa zat aktif lain yang
diisolasi dari mikroba endofit
misalnya ecomycin diproduksi
oleh Pseudomonas viridiflava juga
aktif terhadap Cryptococcus
neoformans dan C.albicans. Ecomycin
merupakan lipopeptida
yang disamping terdiri dari
molekul asam amino yang umum
juga mengandung homoserin
dan beta-hidroksi asam arpartat
(Miller RV., et.al. 1998), sedangkan
senyawa kimia yang diproduksi
oleh mikroba endofit
Pseudomonas Syringae yang berhasiat
sebagai anti jamur adalah
pseudomycin, yang dapat menghambat
pertumbuhan Candida
albicans dan Cryptococcus neoformans
(Harrison LD.,et.al.
1991).
Pestalotiopsis micrispora,
merupakan mikroba endofit
yang paling sering ditemukan di
tanaman hutan lindung di
seluruh dunia. Endofit ini menghasilkan
metabolit sekunder
ambuic acid yang berhasiat sebagai
antifungi (Li, JY., et al.
2001). Phomopsichalasin, merupakan
metabolit yang diisolasi dari
mikroba endofit Phomopsis spp.
berhasiat sebagai anti bakteri
Bacillus subtilis, Salmonella enterica,
Staphylococcos aureus, dan juga
dapat menghambat pertumbuhan
jamur Candida tropicalis
(Horn WS., et.al. 1995).
Antibiotika berspektrum
luas yang disebut munumbicin,
dihasilkan oleh endofit Streptomyces
spp. strain NRRL 30562
yang merupakan endofit yang
diisolasi dari tanaman Kennedia
nigriscans, dapat menghambat
pertumbuhan Bacillus anthracis,
dan Mycobacterium tuberculosis
yang multiresisten terhadap
berbagai obat anti tbc. (Castillo
UF.et.al. 2002). Jenis endofit
lainnya yang juga menghasilkan
antibiotika berspaktrum luas
adalah mikroba endofit yang
diisolasi dari tanaman Grevillea
pteridifolia. Endofit ini menghasilkan
metabolit kakadumycin.
Aktifitas antibakterinya sama
seperti munumbicin D, dan
kakadumycin ini juga berkhasiat
sebagai anti malaria (Castillo UJ.,
et.al. 2003).
2. Mikroba endofit yang memproduksi
antivirus
Jamur endofit Cytonaema sp.
Dapat menghasilkan metabolit
cytonic acid A dan B, yang
struktur malekulnya merupakan
isomer p-tridepside, berhasiat
sebagai anti virus. Cytonic acid A
dan B ini merupakan protease inhibitor
dan dapat menghambat
pertumbuhan cytomegalovirus
manusia. (Guo B.et.al. 2000).
3. Mikroba endofit yang
menghasilkan metabolit sebagai
antikanker
Paclitaxel dan derivatnya
merupakan zat yang berkhasiat
120 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN
REVIEW ARTIKEL
sebagai antikanker yang pertama
kali ditemukan yang diproduksi
oleh mikroba endofit. Paclitaxel
merupakan senyawa diterpenoid
yang didapatkan dalam tanaman
Taxus. Senyawa yang dapat
mempengaruhi molekul tubulin
dalam proses pembelahan sel-sel
kanker ini, umumnya diproduksi
oleh endofit Pestalotiopsis microspora,
yang diisolasi dari tanaman
Taxus andreanae, T. brevifolia, dan
T. wallichiana. Saat ini beberapa
jenis endofit lainnya telah dapat
diisolasi dari berbagai jenis Taxus
dan didapatkan berbagai senyawa
yang berhasiat sebagai anti
tumor. Demikian pula upaya
untuk sintesisnya telah berhasil
dilakukan (Strobel GA. Et.al.
2002).
4. Mikroba endofit penghasil
zat anti malaria
Colletotrichum sp. merupakan
endofit yang diisolasi dari tanaman
Artemisia annua, menghasilkan
metabolit artemisinin
yang sangat potensial sebagai
anti malaria (Lu H., et.al. 2000).
Disamping itu beberapa mikroba
endofit yang diisolasi dari
tanaman Cinchona spp, juga
mampu menghasilkan alkaloid
cinchona yang dapat dikembangkan
sebagai sumber bahan baku
obat anti malaria (Simanjuntak
P., et.al. 2002).
5. Endofit yang memproduksi
antioksidan
Pestacin dan isopestacin
merupakan metabolit sekunder
yang dihasilkan oleh endofit P.
microspora. Endofit ini berhasil
diisolasi dari tanaman Terminalia
morobensis, yang tumbuh di Papua
New Guinea. Baik pestacin ataupun
isopestacin berhasiat sebagai
antioksidan, dimana aktivitas ini
diduga karena struktur molekulnya
mirip dengan flavonoid
(Strobel GA., et.al. 2002).
6. Endofit yang menghasilkan
metabolit yang berkhasiat sebagai
antidiabetes
Endofit Pseudomassaria sp
yang diisolasi dari hutan lindung,
menghasilkan metabolit
sekunder yang bekerja seperti
insulin. Senyawa ini sangat
menjanjikan karena tidak sebagaimana
insulin, senyawa ini
tidak rusak jika diberikan peroral.
Dalam uji praklinik terhadap
binatang coba membuktikan
bahwa aktivitasnya
sangat baik dalam menurunkan
glukosa darah tikus yang diabetes.
Hasil tersebut diperkirakan
dapat menjadi awal dari era
terapi baru untuk mengatasi diabetes
dimasa mendatang (Zhang
B. et.al.1999).
7. Endofit yang memproduksi
senyawa imunosupresif
Obat-obat imunospresif merupakan
obat yang digunakan
untuk pasien yang akan dilakukan
tindakan transplantasi
Vol. II, No.3, Desember 2005 121
REVIEW ARTIKEL
organ. Selain itu imunosupresif
juga dapat digunakan untuk
mengatasi penyakit autoimum
seperti rematoid artritis dan insulin
dependent diabetes. Senyawa
subglutinol A dan B yang
dihasilkan oleh endofit Fusarium
subglutinans yang diisolasi dari
tanaman T. wilfordii, merupakan
senyawa imunosupresif yang
sangat poten (Lee,J., et.al. 1995).
Penutup
Tanaman merupakan sumber
bahan baku obat yang tak ternilai
harganya, perlu terus menerus
mendapat perhatian kita semua.
Ekploitasi tanaman obat yang berlebihan
tanpa memperhatikan upaya
konservasinya tentu sangat mengkhawatirkan.
Peran para ahli budidaya
tanaman dan para ahli bioteknologi
khususnya teknologi kultur
jaringan sangat penting untuk
menghindari kelangkaan bahan baku
obat herbal yang sampai saat ini
masih diambil dari tanaman aslinya
secara konvensional. Kultur jaringan
sangat bermanfaat dalam upaya
perbanyakan dan multiplikasi serta
konversi dari beberapa spesies
tanaman obat. Produksi metabolit
sekunder dapat dilakukan secara in
vitro dalam skala besar. Demikian
pula rekayasa genetika dan transformasi
genetik dapat meningkatkan
produksi metabolit sekunder.
Peran mikroba endofit yang dapat
memproduksi metabolit sekunder
yang sama kualitasnya dengan
tanaman aslinya sangat potensial
untuk terus dikembangkan guna
memperoleh metabolit sekunder
yang dapat digunakan untuk mengobati
berbagai jenis penyakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar